EKONOMINEWS.COM – Dalam menyambut tahun politik menjelang pelaksanaan pemilihan umum, Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) mengungkapkan pandangannya mengenai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
AAEI menyatakan bahwa secara historis, IHSG cenderung mengalami penguatan di tahun politik.
Ketua AAEI, David Sutyanto, mengingatkan bahwa dalam empat pemilihan umum terakhir, IHSG selalu mengalami pergerakan positif.
Baca Juga:
Pererat Hubungan Komunitas Tionghoa di ASEAN dan Tiongkok, PSMTI dan ACCA Gelar Conference
Tingkatkan Produktivitas Pertanian Nasional, Pemerintah Lakukan Optimasi Lahan Rawa dan Cetak Sawah
“Meskipun mungkin ada tekanan di awal masa kampanye, namun setelah proses pemungutan suara selesai, IHSG kembali menguat,” ujar David Sutyanto dalam acara ‘Economic and Capital Market Outlook 2024’ yang berlangsung di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (10/10/2023).
David Sutyanto mencontohkan bahwa saat pemilihan umum tahun 2004 yang dilakukan dalam dua putaran, IHSG mengalami kenaikan sebesar 17,7 persen.
Bahkan, pada tahun 2009 saat pemilihan umum, IHSG bahkan melonjak hingga 53,7 persen.
“Dalam kasus Pemilu 2009, pasar merespons positif ketika Capres SBY menggandeng Boediono, mantan Gubernur BI, sebagai wakil presiden. Ini dinilai sebagai kebijakan yang mendukung pasar,” tambahnya.
Lebih lanjut, David meyakinkan bahwa perekonomian akan tumbuh dan berkembang positif selama proses pemilu.
Baca Juga:
Harga Batubara 2025 Masih Atraktif, Bergantung pada Hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok
6 Manfaat Bermain Golf untuk Kesehatan Tubuh, Cari Tahu Di Sini!
Ia menjelaskan bahwa efek dari besarannya anggaran untuk pemilu presiden, pemilu legislatif, dan pemilihan kepala daerah yang mencapai Rp109,1 triliun akan mendorong pertumbuhan belanja barang dan jasa.
“Pertumbuhan ekonomi dapat diharapkan melalui peningkatan belanja tersebut,” tegas David Sutyanto.
Ketua Penyelenggara CSA Awards 2023, Haryajid Ramelan, juga memberikan pandangannya terkait situasi politik menjelang tahun 2024.
Ia mencatat bahwa suhu politik mulai meningkat, mengingat pada tanggal 14 Februari 2024 akan diadakan pemungutan suara untuk memilih presiden, anggota legislatif, dan pimpinan daerah periode 2024-2029.
“Banyak kalangan investor masih dalam posisi menunggu dan melihat hasil pemilihan umum,” ungkap Haryajid Ramelan.
Dalam menanggapi sikap investor yang cenderung menunggu dan adanya kekhawatiran terhadap tahun politik, AAEI dan CSA Community berusaha untuk menganalisis kondisi pasar modal untuk tahun depan.
Baca Juga:
Rosan Perkasa Roeslani Jelaskan Soal Rencana Investasi Apple Sebesar 1 Miliar Dolar AS di Indonesia
Warga Kupang Optimistis dengan Program Makan Bergizi Gratis, Sambut Presiden Prabowo Subianto
Analisis ini mencakup aspek investasi global, pasar modal domestik, dan prospek sektor perbankan dalam era digitalisasi industri jasa keuangan.
“Tahun politik adalah hal yang rutin dalam siklus lima tahunan dan seharusnya tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Pemilihan umum telah berlangsung beberapa kali dan pasar modal terus tumbuh,” kata Haryajid Ramelan.
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Profesi Pasar Modal Indonesia (Propami) NS Aji Martono, yang juga hadir memberikan sambutan pembukaan acara, menambahkan perspektifnya terkait perkembangan ekonomi menjelang pemilu 2024 dan dampak digitalisasi pada industri jasa keuangan pasar modal Indonesia.
Menurutnya, menjelang pemilu, terjadi optimisme di kalangan pelaku pasar mengenai potensi pertumbuhan ekonomi.
“Tahun politik sering diiringi dengan peningkatan belanja dan investasi, yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional,” ucapnya.
Terkait digitalisasi industri jasa keuangan, ia menekankan bahwa adopsi teknologi dan transformasi digital di pasar modal menjadi krusial.
“Kita harus memahami dan memanfaatkan perubahan ini secara bijak untuk mengoptimalkan efisiensi dan transparansi di pasar modal,” tandasnya.