Negosiasi Pedoman Tata Perilaku di Laut China Selatan antara ASEAN dengan Tiongkok Kembali Dilanjutkan

Avatar photo

- Pewarta

Sabtu, 11 Maret 2023 - 03:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dirjen Kerja Sama ASEAN Kemlu RI Sidharto Suryodipuro. (Dok. Kemlu.go.id)

Dirjen Kerja Sama ASEAN Kemlu RI Sidharto Suryodipuro. (Dok. Kemlu.go.id)

EKONOMINEWS.COM – Negosiasi pedoman tata perilaku (Code of Conduct/CoC) di Laut China Selatan (LCS) antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan China, kembali dilanjutkan di bawah keketuaan Indonesia tahun ini.

Pembahasan tersebut berlanjut dalam kelompok kerja bersama (joint working group/JWG) yang berlangsung di Jakarta pada 8-10 Maret 2023 dan diikuti oleh pejabat tingkat tinggi negara anggota ASEAN dan China.

“Ini adalah kelanjutan dari pembahasan yang sudah-sudah, dan fokusnya pada bagaimana peserta JWG bisa mengintensifkan negosiasi yang sedang berlangsung,” kata Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu RI Sidharto Suryodipuro dalam pengarahan media di Jakarta, Jumat 10 Maret 2023.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

CoC diharapkan menjadi pedoman tata perilaku guna menghindari konflik, terutama antarnegara yang saling bersengketa di LCS.

China diketahui mengklaim sebagian besar wilayah LCS sebagai bagian dari kedaulatannya, dan kian agresif melakukan reklamasi pulau-pulau di perairan tersebut.

Namun, klaim China berbenturan dengan klaim dari Taiwan serta empat negara anggota ASEAN yaitu Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam.

Sementara Indonesia bentrok dengan China atas hak penangkapan ikan di Kepulauan Natuna, yang terletak di bagian selatan perairan yang disengketakan.

Karena itu pada 2002, China dan negara-negara ASEAN sepakat menandatangani Deklarasi Perilaku Para Pihak (Declaration of Conduct/DoC) dalam mengelola LCS, yang menandai dukungan pertama Beijing terhadap kesepakatan multilateral tentang masalah tersebut.

DoC disusun dengan sejumlah tujuan, antara lain mendorong upaya membangun kepercayaan di antara para pihak serta menyusun suatu dokumen CoC yang formal berkekuatan hukum mengikat (legally binding).

“Mengingat negosiasi masih berlangsung, saya berhati-hati dengan istilah binding atau non-binding karena itu akan sangat bergantung pada pembahasan dan apa yang nanti tertulis di dalam dokumen CoC,” tutur Sidharto.

Selama masa keketuaannya di ASEAN, kata dia, Indonesia juga tidak menentukan jangka waktu ataupun target dalam negosiasi CoC, tetapi bertekad mengintensifkan proses perundingan yang sempat terhambat akibat pandemi COVID-19.

Meskipun demikian, Sidharto menekankan bahwa Indonesia menyesalkan segala bentuk upaya untuk mengubah realitas di lapangan—termasuk di antaranya reklamasi dan militerisasi di LCS.

“Justru ini merupakan suatu dorongan bagi ASEAN dan China untuk segera menyelesaikan suatu kesepakatan atau kesepahaman—yaitu CoC yang harus efektif, actionable, dan sesuai dengan hukum internasional,” kata dia.

“Yang terpenting adalah pengelolaan insiden, karena konsensus ASEAN adalah mewujudkan LCS sebagai perairan yang damai dan sejahtera, sehingga kami akan berpedoman pada kesamaan kepentingan tersebut,” ujar Sidharto, menambahkan.***

Berita Terkait

Kekhawatiran Tekanan Ekonomi Meningkat, Maskapai Penerbangan AS Pangkas Estimasi Pendapatan
Tiongkok Bertekad Balas Amerika Serikat Setelah Presiden Donald Trump Kenakan Tarif Tambahan
Perang Dagang Dimulai, Batubara dan Gas dari AS Dikenai Tarif Tambahan 15 Persen untuk Masuk Tiongkok
Sultan Brunei Darussalam dan Perdana Menteri Thailand Temui Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing
Sikap Tiongkok Sangat Tegas Soal Usulan Donald Trump agar Warga Palestina Dipindahkan dari Jalur Gaza
Peningkatan Tarif Secara Sepihak Langgar Aturan WTO, Tiongkok akan Lakukan Tindakan Balasan ke AS
Untuk Pertama Kali, Produksi Minyak Mentah dan Gas Alam Tiongkok Lampaui 400 Juta Ton Setara Minyak
Tiongkok Merespons Pengenaan Tarif 10 Persen untuk Barang Impor dari Tiongkok ke AS, Mulai 1 Februaru 2025

Berita Terkait

Rabu, 12 Maret 2025 - 14:56 WIB

Kekhawatiran Tekanan Ekonomi Meningkat, Maskapai Penerbangan AS Pangkas Estimasi Pendapatan

Rabu, 12 Maret 2025 - 09:35 WIB

Tiongkok Bertekad Balas Amerika Serikat Setelah Presiden Donald Trump Kenakan Tarif Tambahan

Senin, 10 Februari 2025 - 15:17 WIB

Perang Dagang Dimulai, Batubara dan Gas dari AS Dikenai Tarif Tambahan 15 Persen untuk Masuk Tiongkok

Sabtu, 8 Februari 2025 - 13:59 WIB

Sultan Brunei Darussalam dan Perdana Menteri Thailand Temui Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing

Sabtu, 8 Februari 2025 - 13:20 WIB

Sikap Tiongkok Sangat Tegas Soal Usulan Donald Trump agar Warga Palestina Dipindahkan dari Jalur Gaza

Berita Terbaru